PGN Bakal Cetak Laba Bersih Rp4 Triliun di Tahun 2018

ilustrasi
Jajaran Direksi PGN | Dok. PGN

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN, optimis mencetak kinerja positif di tahun 2018 lalu, yang diperkirakan bakal membukukan laba bersih sekitar Rp4 triliun. Angka tersebut tak berbeda jauh dibandingkan laba bersih yang tercatat hingga kuartal III/2018, yakni sebesar 218,14 juta dolar AS atau setara Rp3,22 triliun (kurs Rp 14.800).

“Kalau tahun lalu sekitar Rp4 triliun,” kata Direktur Utama PGN, Gigih Prakoso, dalam keterangannya yang dilansir Tirto.id, Selasa (12/2/2019)

Tahun 2019, mengincar laba di atas US$200 juta sepanjang tahun ini atau meningkat 33,33% dibandingkan pendapatan tahun 2018 yang sekitar US$150 juta. Untuk mencapai target tersebut PGAS  optimistis meraih pendapatan US$5 miliar tahun ini.

Gigih mengatakan, angka itu juga lebih tinggi dari perolehan tahun lalu. Namun, Gigih masih belum mengatakan detail angkanya.

“Pendapatan tahun ini bisa sekitar US$5 miliar ya, naik (dibanding tahun lalu). Profit tahun lalu US$150-an juta, sekarang (target tahun ini) di atas US$ 200 juta,” ujar Gigih, seperti dikutip Kontan.co.id, Selasa (12/2/2019).

Menurut Gigih, pendapatan dan laba PGN bisa lebih tinggi dari tahun sebelumnya lantaran ada peningkatan permintaan dan penjualan gas. Secara umum, Gigih memberikan gambaran bahwa pada tahun lalu, penjualan gas PGAS naik dari rata-rata 800-an billion British thermal unit per day (BBTUD) menjadi 900-an BBTUD.

“Kami dapat pertumbuhan yang cukup baik, karena volume gas meningkat. Memang demand gas di akhir tahun lalu naik,” imbuhnya.

Sampai dengan triwulan ketiga 2018, volume penjualan gas bumi PGAS sebesar 849 BBTUD. Jumlah tersebut naik dibandingkan periode yang sama pada tahun tahun 2017 sebesar 767 BBTUD.

Sampai dengan triwulan ketiga tahun lalu, PGAS  juga mencatatkan volume transmisi gas bumi sebesar 718 MMSCFD. Sedangkan, lifting gas hingga 40.062 BBOE.

Sementara untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), PGAS ​masih mematok anggaran yang stagnan, yakni sebesar US$400 juta untuk tahun ini. Menurut Gigih, hal ini lantaran sebagian besar pekerjaan pembangunan infrastruktur pipa telah diselesaikan pada tahun lalu. Mayoritas capex tersebut masih akan digunakan untuk membangun jaringan pipa Perusahaan Gas Negara tersebut.

Dari sisi infrastruktur, Sub Holding Gas terus melaksanakan pengembangan infrastruktur yang ditargetkan sampai dengan akhir 2019 total pengelolaan infrastruktur sepanjang 10.547 kilometer.(DD)